Selasa, 18 Desember 2012

Hasil Seni Sastra dari masa Hindhu-Budha

Hasil sastra berbentuk prosa atau puisi :
1. Tutur pitutur (kitab keagamaan).

Jawa dan Kejawen seolah tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Kejawen bisa jadi merupakan suatu sampul atau kulit luar dari beberapa ajaran yang berkembang di Tanah Jawa, semasa zaman Hinduisme dan Budhisme. 

Dalam perkembangannya, penyebaran Islam di Jawa juga dibungkus oleh ajaran-ajaran terdahulu, bahkan terkadang melibatkan aspek kejawen sebagai jalur penyeranta yang baik bagi penyebarannya. Walisongo memiliki andil besar dalam penyebaran Islam di Tanah Jawa.
 
Unsur-unsur dalam Islam berusaha ditanamkan dalam budaya-budaya Jawa, yaitu:
            Pertunjukan wayang kulit, dendangan lagu-lagu jawa, ular-ular (patuah yang berupa filsafat), cerita-cerita kuno, hingga upacara-upacara tradisi yang dikembangkan, khususnya di Kerajaan Mataram (Yogya/Solo).

2. Wiracarita (kepahlawanan).




















Wiracarita yang terkenal di Indonesia yaitu :
    >>Kitab Ramayana dan Mahabarata.
Kitab Ramayana


Ramayana dari bahasa Sansekerta () Rmâyaa yang berasaldari kata Rma dan Ayaa yang berarti" Perjalanan Rama", adalahsebuah cerita epos dari India yangdigubah oleh Walmiki (Valmiki) atau Balmiki.
Ramayana terdapat pula dalam khazanah sastra Jawa dalam bentuk kakawin Ramayana, dan gubahan-gubahannya dalam bahasa Jawa Baruyang tidak semua berdasarkan kakawin ini. Dalam bahasa Melayu didapati pula Hikayat Seri Rama yang isinya berbeda dengan kakawin Ramayana dalam bahasa Jawa kuna.

Di India dalam bahasa Sansekerta, Ramayana dibagi menjadi tujuh kitab atau kanda sebagai berikut:
1. Balakanda
2. Ayodhyakanda
3. Aranyakanda
4. Kiskindhakanda
5. Sundarakanda
6. Yuddhakanda
7. Uttarakanda

Kitab Mahabarata















Kitab Baratayuda




Timbul wiracarita gubahan pujangga Indonesia, misalnya:
   >>Kitab Baratayuda yang digubah oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh.
         
Kitab Baratayuda berisi cerita keberhasilan Raja Jayabaya dalam mempersatukan Kerajaan Kediri dan Kerajaan Jenggala. Kitab Arjunawiwaha berisi pengalaman hidup dan keberhasilan Raja Airlangga.





3. Kitab Hukum (Undang-Undang).

Kitab Kutaramanawa
           Kitab hukum yang ditulis oleh Gajahmada yaitu kitab Kutaramanawa yang digunakan sebagai dasar hukum di Majapahit.
 
Kitab Hukum Kutaramanawa disusun berdasarkan kitab Hindu yang lebih tua yaitu kitab Kutarasastra dan Manawasastra. Dengan demikian dari kitab hukum tersebut, merupakan salah satu contoh wujud akulturasi dengan kebudayaan.

 
Read More
a.    Sistem Kemasyarakatan.

Sistem kasta merupakan penggolongan masyarakat berdasarkan tingkat atau derajat orang yang bersangkutan. Setiap orang sudah ditentukan kastanya. Sistem kasta ini muncul dalam masyarakat Indonesia setelah ada hubungan dengan India. Terdapat empat kasta yaitu kasta Brahmana, Ksatria, Weisya dan Sudra. Sistem kasta ini bukan asli Indonesia.
Read More

http://jendelahindu-buddha.blogspot.com/2011/11/hasil-seni-ukir-peninggalan-kerajaan.html 

Peninggalan sejarah berupa prasasti



Prasasti Muara Kaman

Tempat Penemuan: Tepi Sungai MahakamKalimantan timur
Isi Prasasti: Tentang kerajaan kutai
Didirikan kira kira tahun 400 m






 

Prasasti  Pasir Awi

Tempat Penemuan: Daerah Bogor Jawa Barat
Isi Prasasti: Tentang kerajaan Tarumanegara





Prasasti Talang Tuo (684 m)

Tempat Penemuan: Daerah Palembang
Isi Prasasti: Tentang kerajaan Sriwijaya





 Prasasti Canggal (732 m)

Tempat Penemuan: Dekat Magelang
Isi Prasasti: Dengn raja Sanjaya








Prasasti Kalasan (778 m)


Tempat Penemuan: Dekat Magelang
Isi Prasasti: Tantang kerajaan Mataram Hindu
Dengn raja Rakai Panangkaran
 Prasasti Tugu


Tempat Penemuan: Daerah Bogor Jawa Barat
Isi Prasasti: Tentang kerajaan Tarumanegara











Prasasti Mulawarman


Tempat Penemuan: Daerah Bali
Isi Prasasti: Tentang kerajaan Kutai











Prasasti
Ciareteun
 

Tempat Penemuan: Daerah Bogor, Jawa Barat
Isi Prasasti: Tentang kerajaan Tarumanegara














Prasasti Karang Berahi


Tempat Penemuan: Daerah Jambu Hulu
Isi Prasasti: Tentang kerajaan Sriwijaya
Read More

India Kuno "Bharatawarsha"


Peta "Bharatawarsha" (India Kuno) atau wilayah kekuasaan Maharaja Bharata



Bharatawarsha adalah istilah yang digunakan untuk menyebut daratan India pada zaman dahulu kala. Istilah tersebut terkenal dalam susastra Hindu seperti Mahabharata, Ramayana, dan lain sebagainya. “Bharatawarsha” berarti “wilayah Raja Bharata”. Disebut demikian karena menurut legenda, Bharata dianggap sebagai Raja yang pertama kali menaklukkan kerajaan-kerajaan di wilayah India, dan wilayah India sekarang dianggap sebagai wilayah kekuasaan Raja Bharata terdahulu. Istilah tersebut seringkali hanya muncul dalam susastra Hindu saja.

Menurut Mahābhārata, Bharatawarsha dikelilingi oleh tujuh gunung yang terkenal, yaitu: Mahendra, Malaya, Sahya, Suktimat, Windhya, Rikshawat, dan Paripatra. Selain daripada itu terdapat ribuan gunung yang belum teridentifikasi. Di Bharatawarsha terdapat berbagai macam ras dan tempat-tempat yang eksotik. Ras yang terkenal adalah Arya, Dravida, dan Mleccha. Sungai-sungai besar mengalir di Bharatawarsha, seperti: Gangga, Sindhu, Saraswati, Yamuna, Godawari, Narmada, dll.
Meskipun ras yang tinggal di Bharatawarsha sebagian besar manusia, beberapa di antaranya memiliki kemampuan luar biasa seperti makhluk supernatural. Ras tersebut misalnya: Asura (meliputi Detya, Danawa, dan Kalakeya), Pisacha, Gandharva, Kimpurusha, Kinnara, Wanara, Suparna, Rakshasa, Bhuta dan Yaksha. Sebagian besar tinggal di wilayah Himalaya dan mendirikan kerajaan di sana.

Sumber:
Read More

Rabu, 05 Desember 2012

Bhagat-bhagat Sikh

Sikh Bhagat adalah orang-orang suci dari berbagai aliran agama (sect) yang ajarannya ada di Sri Guru Granth Sahib, buku suci agama Sikh. Kata “Bhagat” berarti pengikut dan berasal dari bahasa Sanskrit yaitu “Bhakti” yang berarti ketaatan/kebaktian agama dan cinta. Berikut adalah daftar Bhagat yang ajarannya ada di Sri Guru Granth Sahib.
Bhagat Kabir
Bhagat Kabir (1440-1518) adalah penyair dan santa dari India yang telah mempengaruhi gerakan Bhakti dari ajaran beliau. Bhagat Kabir ditemukan dan diadopsi oleh penenun Muslim yang bernama Niru dan istrinya bernama Nima di Varanasi. Waktu Bhagat Kabir masih muda beliau bertemu dengan Bhagat Ramanand di Sungai Ganga dan kemudian menjadi pelajar di ashram Bhagat Ramanand. Selain mempunyai pengaruh yang besar di Sikhisme, karya tulisnya termasuk Bijak, Sakhi Granth, Kabir Granthawali dan Anurag Sagar.

Bhagat Ramanand
Bhagat Ramanand lahir di Uttar Pradesh, India sekitar tahun 1400. Ia lahir dari keluarga Hindu dari kasta Brahmin. Dari masa muda beliau tertarik dengan segi rohani dan mempelajari ajaran Hindu. Beliau kemudian mempengaruhi gerakan Bhakti. Bhagat lain yang banyak belajar dari Bhagat Ramanand termasuk Bhagat Kabir, Bhagat Pipa, Bhagat Ravidas dan Bhagat Sain. Bhagat Ramanand menerima pelajar dari kasta apapun. Syair Bhagat Ramanand di Sri Guru Granth Sahib berjudul Raga Basant yang bercerita tentang beliau menemui dan berkorban demi Guru Kebenaran.


Bhagat Sheikh Farid
Bhagat Sheikh Farid adalah pendeta Sufi di abad-12 dan juga santa dari Orde Chishti. Beliau mempengaruhi bahasa Punjabi agar digunakan untuk kesusasteraan. Guru Nanak bertemu dengan Bhagat Sheikh Farid dan kemudian memasukkan 112 saloka dan 4 nyanyian pujian (hymne) dari B?b? Farid.



Bhagat Ravidas



Bhagat Ravidas adalah pembaharu, pemikir, penyair, budayawan dan figur spiritual di abad-15 yang aktif di Uttar Pradesh dan Maharashtra, India. Beliau percaya bahwa setiap orang mempunyai hak untuk memuja Tuhan dan membaca kitab tanpa perbedaan kasta. Guru Nanak menerima permintaan Bhagat Ravidas untuk memasukkan syair karangannya ke Sri Guru Granth Sahib (ada 41 syair karangan Bhagat Ravidas di Sri Guru Granth Sahib).


Bhagat BeniBhagat Beni diketahui sebagai seorang Sufi yang mempergunakan waktunya untuk berdoa dan meditasi (yang hidup di pertengahan abad 15-16). Beliau sering mengabaikan tugas rumah tangga pada saat berdoa dan meditasi. Bhagat Beni mengajar untuk menanam Nama Tuhan daripada ritual belaka atau ketegangan dari Hath Yoga. SGGS-1351 Guru Arjan Dev juga menulis bahwa Bhagat Beni mencapai Tuhan melalui Kata Suci (Word of the Shabad/ Holy Word). Bhai Gurdas juga membuat referensi mengenai Bhagat Beni di stanza ke-14 Var-10 dari Bhai Gurdas.


Bhagat Namdev (1270-1350) lahir di Maharashtra dan bapaknya adalah seorang penjahit bernama Damshet dan ibu bernama Gonabai. Beliau menikah pada umur 11 tahun dengan Rajai dan mempunyai 4 putera bernama Nara, Vitha, Gonda and Mahada dan 1 puteri bernama Limbai. Pesan spiritual Bhagat Namdev adalah pentingnya hidup kehidupan rumah tangga dan bahwa seseorang dapat mencapai penerangan/pencerahan dari pernikahan. Belaiu juga menulis karya dalam bahasa Hindi. Di Sri Guru Granth ada 61 sabda ciptaan Bhagat Namdev yang berjudul Namdevjiki Mukhbani. Nama Tuhan selalu diucap Bhagat Namdev. Beliau di minta memperlihat mukzijat oleh seorang Raja tapi beliau menolak dan kemudian diinjak se-ekor gajah mabuk. Ada batu memorial di Ghuman (Punjab) dan Sikh temple yang di bangun di Rajasthan untuk mengenang beliau.

Bhagat Sadhana adalah seorang penyair Muslim yang lahir pada tahun 1180 di Hyderabad (Propinsi Sindh). Beliau datang dari keluarga yang berprofesi sebagai pemotong daging. Tetapi suatu hari orang suci datang pada beliau dan meminta batu yang beliau gunakan untuk memotong daging karena batu itu ada unsur spiritual/agama. Setelah batu diambil orang suci, batu itu pun dikembalikannya dengan pesan bahwa batu itu adalah benda yang tidak hidup jadi kehidupan spiritual apa yang dapat diberikan sebuah batu. Syair yang diciptakan oleh Bhagat Sadhana di Sri Guru Granth Sahib di tulis dalam Bilawal Raga dan adalah sebuah doa kepada Tuhan untuk menjaga kehormatan pengikutNya (pelayanNya).

Bhagat Bhikhan (1480-1573) adalah orang suci (santa) dari India. Seperti dengan bhagat lain, pengetahuan mengenai identitas, agama dan tempat lahir Bhagat Bhikhan sangat terbatas. Ada 2 orang suci yang bernama Bhikhan pada saat itu – satu seorang muslim dan satu seorang Hindu. 2 sabda yang diciptakan beliau ada di Sri Guru Granth Sahib (SGGS-659/660) dalam Raga Sorath. Di dalam sabda tersebut, Bhagat Bhikhan menceritakan pentingnya Nama Tuhan.




Bhagat Parmanand kemungkinan lahir pada tahun 1483 di Maharashtra. Beliau adalah seorang pengikut manifestasi Vishnu sebagai Krishna. Ada cerita bahwa beliau menekuk lutut (untuk memuja Tuhan) 700 kali sehari. Beliau menggunakan Raag Sarang (yang di beri nama dari seekor burung yang selalu haus akan air hujan). Beliau percaya bahwa membaca dan mendengar ajaran kitab suci harus disertai oleh seva (pelayanan) sesama manusia.

Bhagat Sain adalah orang suci yang terpengaruh oleh Gerakan Bhakti. Beliau adalah salah satu pelajar dari Bhagat Ramanand. Beliau lahir di Amritsar dari bapak yang bernama Mukand Rai dan ibu bernama Mata Jivni. Beliau menikah dengan Sahib Devi dan mempunyai seorang putera bernama Baba Nayi. Beliau juga ingin menghentikan system kasta. Ada 1 hymne di Sri Guru Granth Sahib (SGGS-695) yang diciptakan oleh Bhagat Sain yang berarti bahwa beliau adalah jiwa yang diberkati Tuhan dan percaya pada satu Tuhan dan diakui oleh Guru-Guru Sikh.







Bhagat Dhanna lahir pada April 1415 di Rajasthan, India. Beliau adalah seorang peternak. Beliau suka bersama orang-orang suci dan cendekiawan. Beliau juga sering membantu orang yang membutuhkan pertolongan dan orang-orang suci dengan kesetiaan. Beliau tidak bersekolah namum beliau menjadi pelajar Bhagat Ramanand dan mendapat status tertinggi. Sri Guru Arjan Dev ji mengagumi Bhagat Dhanna untuk ketaatan yang di tunjuk beliau kepada Tuhan dan Bhagat Dhanna menjadi Gurmukh dari kebersamaan dirinya dengan para santa/orang-orang suci (Saadh Sangat). Ada 3 syair Bhagat Dhanna di Sri Guru Granth Sahib (SGGS- 487/8 dan 695).

Bhagat Pipa lahir di Rajasthan sekitar tahun 1425. Bhagat Pipa adalah seorang raja. Beliau bertemu Bhagat Ramanand sebagai pelajar dengan mengenakan baju yang sederhana dan kemudian pulang untuk mulai bertapa. Beliau kemudian meninggalkan kerajaannya dan mengasingkan dirinya di sebuah goa ditemani salah satu dari 12 istrinya yang bernama Sita. Setelah itu beliau merantau bersama istrinya dan menyayikan pujian Tuhan dan mengumpulkan uang untuk orang-orang miskin. Beliau percaya bahwa tidak perlu mencari Tuhan dari luar dengan berziarah tetapi Tuhan berada di dalam kuil di tubuh kita. Terdapat satu sabda dari Bhagat Pipa di Sri Guru Granth Sahib (SGGS-695).



Bhagat Surdas adalah seorang penyair, orang suci, musisi dan Gurmukh (Orang yang berorientasi pada Guru). Beliau hidup dari tahun 1483 sampai 1573 dekat Mathura (India) dan dibilang bahwa dia buta sejak lahir. Ada satu ayat ciptaan beliau di Sri Guru Granth Sahib (SGGS-1253) dan ada juga sabda karangan Guru Arjan Dev Ji menerangkan ayat Bhagat Surdas. Bhagat Surdas mengajar supaya pikiran kita jangan mengikuti orang-orang yang tidak taat pada Tuhan.


Bhagat Jaidev adalah seorang penyair dalam bahasa Sansekerta. Bapk dia bernama Bhoidev, Brahman dari Kanauj dan ibunya Bamdevi. Beliau lahir di Birbhum, India. Dia menjadi penyair yang paling terhormat dari 5 penyair terbaik di istana Lakshman Sen, Raja Bengal, yang membangun monumen dengan nama-nama penyair-penyair ini. Beliau juga merantau ke beberapa Negara dengan hanya membawa satu kendi air dan baju sederhana. Ada 2 hymne Bhagat JAidev di Sri Guru Granth Sahib (SGGS-526 dan 1106). Beliau juga menulis “Gitgovind”. Isteri Bhagat Jaidev, Padamawati,, lahir setelah banyak doa dan sembahan agar Ia dapat menjadi isteri seorang terhormat. Bhagat Jaidev hidup di rumah sederhana dan berkumpul bersama orang-orang suci.

Bhagat Trilochan, nama yang berarti bermata tiga yaitu peramal masa sekarang, masa lalu dan masa depan. Beliau suka melayani orang suci sampai Tuhan memberi seorang pelayan untuk bantu beliau melayani orang-orang suci. Pelayan tersebut di beri nama Antarjami yang berarti Pencari/Pemeriksa hati. Antarjami melayani orang-orang suci dengan cara memasak, mengambil air dan mencuci kaki mereka. Bhagat Trilochan percaya pentingnya kesucian hati dibanding mengikuti ritual/upacara belaka dan penolakan duniawi. Ada 4 sabda diciptakan oleh Bhagat Trilochan di Sri Guru Granth Sahib (SGGS – 92, 525 dan 695).

Sumber:
http://en.wikipedia.org/wiki/
http://www.sikhiwiki.org/index.php
http://www.gurduaragurunanak.org/www.gurudwaragurunanak.org/index.php/whatsnew/51-whatsnew/64-bhagat-bhagatsikh
Read More

Kronologi Sejarah Agama Hindu

Zaman Peradaban Sungai Indus


Peradaban yang dulu sekali dianggap mulai didaerah hulu Sungai Indus ± 3000 tahun lalu. Kira-kira 35 tahun yang lalu Jawatan Pemeriksaan Kebudayaan Kuno di India telah mengadakan penggalian dekat kampung Mohenjo Daro dan Harappa dipinggir sungai Indus. Didalam penggalian-penggalian itu didapati rupa-rupa barang yang ajaib umpamanya perkakas-perkakas, perabot rumah tangga dl. Berhubung dengan tempat penggalian itu masa yang dulu-dulu itu dinamai peradaban Mohenjo Daro. 
Bangsa India sekarang ini adalah bangsa campuran. Diantara bangsa-bangsa yang memasuki India mempunyai pengaruh besar sekali atas bangsa India adalah bangsa Dravida dan bangsa Arya. Bagsa Arya itu berwarna putih, tubuhnya besar dan kuat. Mereka berasal dari Asia Tengah dan kemudian hari menduduki Iran, Mesopotamia dan Eropa Selatan. Sebagian dari bangsa itu pindah dari Iran ke India melalui pegunungan Hindu Kush dan menaklukan bagsa asli didaerah Punjab atau Hegri Lima Sungai. Lambat laun bangsa Arya itu bercampur dengan bangsa asli dari bagian India Tengah dan Selatan, ialah bangsa Dravida yang berkulit hitam. Kebudayaan bansa Dravida mungkin lebih tua lagi dari kebudayaan bangsa Arya, Akan tetapi sejarah bagsa asli itu di zaman perbakala elum dapat diselidiki dengan hasil yang memuaskan. 

Akan tetapi sampai sekarang pengetahuan tentang sejarah bagsa Arya itu lebih lengkap dan lebih terang dari pada sejarah bangsa India asli di zaman purbakala. Bangsa Dravida lama kelamaan dipengaruhi oleh bangsa Arya, sehingga terjadilah percampuran kebudayaan dan agama baru. Yang menyebarkan agama Brahma kedaerah selatan ialah seorang Agastya. Dalam Agama Hindu terdapat berbagai kepercayaan-kepercayaan, nama-nama dewa dll. Yang nyata diambil dari kebudayaan Dravida asli. terang sekali bahwa peraturan pemerintahan desa di India berdasar pada aturan-aturan yang diadakan oleh bangsa Dravida. turan-aturan itu rupanya dibawa oleh bagsa Hindu juga ke jawa wajtu mereka membentuk pemerintahan di pulau ini. 

Menurut teori Hall seorang ahli Inggris, perhubungan antara negri Dravida dengan Sumeria dan Chaldea di Persia di zaman purbakala sudah ada. Ini nyata dari macam-macam peninggalan yang terdapat dalam peninggalan-peninggalan di daerah Ur. Ia berpendapat bahwa orang Sumeria itu berasal dari India Selatan dan termasuk suatu cabang bangsa Dravida.


Masa Weda / Veda Periodic (1500 SM – 300 SM)
          Para Aryan yang masuk ke India membawa agama yang memuja serta mengambil hati para dewa yang melambangkan kekuatan-kekeuatan alam. Di Bawah pengaru mentalitas religious local, system pemujaan kaum Aryan berkembang menjadi dua aliran yang berbeda, yakni: yang ritualistic dan yang filisofis. Di satu pihak, pemujaan terhadap alam memberikan tempat bagi perkembangan ritual canggih yang berpusat pada berbagai macam upacara kurnam (yajna) dan hanya boleh dilakukan oleh pendeta-pendeta professional. Upacara kurban menjadi penting, karena pengucapan mantra secara tepat dapat membuka pintu kealam magis, dipihak lain sebagai reaksi terhadap tradisi ritualistic, aliran filosofis mencoba untuk menemukan kehadiran Roh atau kesadaran yang meliputi semua di balik pluralitas para dewa. Manifestasi Roh tersebut harus dicari di dalam kehidupan batin kesadaran manusia dan bukan di dalam upacara ritual. Pemujaan lama dan kedua perkembangannya dimasukkan kedalam Weda.

Dua dewa utama dalam kidung ig-Weda adalam Indra dan Agni, ini akan membantu kita memberikan kunci untuk memahami Rig-Weda. Dewa Indra, dalam aspek kosmisnya adalah pembebas dari air bah: dalam aspek duniawinya, ia adalah pahlawan yang memimpin kaum Aryan berkulit kuning langsat dalam mengalahkan kaum non-Aryan yang berkulit gelap. Indra juga dilihat sebagai penguasa alam svarloka, yakni dunia cahaya pikiran Ilahi. Kekuatan ada/eksistensi murni yang termanifestasi sebagai pikiran Ilahi. Dia turun kedunia kita sebagai pahlawan dengan kuda-kuda bersinar dan menghilangkan kegelapan serta perpecahan.
Api (Agni) merujuk pada wilayah domestic dimana ia memeprtahankan kesalehan. Dalam Weda, Agni adalah dewa yang paling penting serta paling universal. Dalam dunia fisik, dia adalah penelan serta penikmat yang umum. Dia juga merupakan pemurni, artinya ketika ia menelan atau menikmati, kemudian dia juga memurnikan. Agni juga merupakan apinya hidup dan menciptakan rasa dalam benda-benda. Jadi, segala daya dipastikan tindakannya hanya memalui dukungan Agni.

Dewa utama ketiga adalah soma, yakni dewa minuman yang menyegarkan. Dalam kitab Weda, soma adalah figure bagi kenikmatan Ilahi, prinsip kebahagiaan darimana eksistensi yang mempertahankan substansi. Dalam Taittirinya Upanishad, ananda dikatakan sebagai atmosfir eteris kenikmatan yang mutlak untuk mempertahankan keberadaan semua. Tanaman mistik soma menyimbolkan unsure di balik aktifitas indrawi dan kenikmatannya akan memberikan esensi Ilahi.

Ada banyak dewa yang bertugas di wilayah surgawi, udara dan bumi. Varuna misalnya adalah dewa yang mengesankan dan bertugas di wilayah surgawu; Indra di wilayah udara; dan Agni di wilayah bumi. Varuna merupakan personifikasi dari udara, terang serta gelap, dan kemudian lautan. Nama Varuna diturunkan dari akar “Vr” artinya meliputi, mencakup seperti langit. Karenanya dalam Rig-Weda dia adalah dewa yang meliputi atau mencakup semuanyya.

Agama Rig-Weda terdiri atas pemujaan (pemberian sesajen) pada berbagai dewa, yang seringkali dituangkan dalam api untuk dibawa kea lam dewata di wilayah surgawi. Peran ritual dalam agama Weda tidak dapat diremehkan. Karena diperkirakan bahwa hidupnya kembali teks-teks Weda mungkin disebabkan oleh penggunaannya dalam ritual.


Zaman Klasik (300 SM-1000 M)

Spekulasi canggih serta mistisisme intelektual ternyata tidak dapat memuaskan aspirasi religious manusia biasa. Reaksi ini diikuti oleh spekulasi kelompok kecil arif bijaksana yang memisahkan diri dengan cirri-iri sebagai berikut :
1.      Penekanan pada moralitas, pengendalian diri dan kerja yang baik.
2.      Interpretasi yang rasional terhadap masalah kehidupan manusia.
3.      Penolakan terhadap ritualisme serta meghormati kehidupan dunia hewan.
4.      Kepercayaan terhadap Tuhan personal, kepada siapa manusia dapat memuja dan mempersembahkan devosinya.
Jika para pertapa dan arif bijaksana membimbing beberapa murid terpilih dalam menjalankan mistisisme metafisis, maka kasta Brahmana mengembangkan teks-teks ritual rumit yang dikenal sebagai sutra. Reaksi popular tercermin dalam gerakan-gerakan seperti: Budhisme, Jainisme, Shaivisme, dan Vaishnavisme.

Terdapat dua bentuk reaksi terhadap ritual kurban model Weda, yakni: eksternal dan Internal. Teks-teks Upanishad yang mengkritisi tradisi sebelumnya, namun masih tetap mendudukkan serta mengidentifikasikan diri dengan Weda. Namun, pada abad ke 6 SM, di India muncul dua gerakan utama yang mendudukkan diri mereka di luar kekolotan hukum Weda, yakni Budhisme dan Jainisme. Dalam menghadapi tantangan inilah Hinduisme lantas mulai meredefinisikan dirinya. Budhisme dan Jainisme memang menolak otoritas atau tradisi Weda, terutama mengenai komitmen terhadap tujuan serta kehidupan duniawi, institusi kasta dan tahap-tahap kehidupan, paling tidak sebagian, jika tidak seluruhnya. Hinduisme merumuskan dirinya dalam menghadapi tantangan ini, dengan menyatakan validitas Weda serta hukum kasta dan tahap-tahap hidup. Pada mulanya, gesakan Budhisme dan Jainisme menarik banyak perhatian prang dan menjadi kekuatan yang cukup besar. Jika kita elihat bukti-bukti arkeologis dari abad ke 2 SM, sampai abad ke 2 M, maka bukti menunjukan bahwa gelombang pasang sedang memihak pada Budhisme, dan sejumlah besar orang asing yang masuk ke India pada waktu itu juga menjadi pengikut Budhisme.

Namun lambat laun gelombang pasang tersebut berbalik. Pendirian dinasti Gupta di India Utara sekitar 300 M, memberikan tanda kebangkitan kembali Hinduisme. Pada abad ke 10. Hinduisme telah berhasil secara gemilang mendudukkan diri sebagai agama dominan di India.
Budhisme dan Jainisme

Bersama-sama dengan kaum Materialis, ketiga alitan ini disebut nastika, artinya tidak menerima otoritas Weda. Mereka juga dimasukan ke dalam golonga heterodoks (tidak ortodoks). Sedangakan ke enam aliran filsafat (Shad Darsana) yang disebut astika adalah yang menerima otoritas Weda dan disebut juga sebagai golongan ortodoks. Keduanya mengajarkan dikrtin etika yang menekankan kesucian kehidupan hewani, sehingga berada diluar jangkauan Hinduisme kolot, karena penolakan mereka terhadap Weda sebagai kitab suci.

Shaivisme dan Vaishnavisme

Kedua aliran ini merupakan gerakan teistik yang sulit dilacak asal-usulnya dan memainkan peran sangat penting dalam perkembangan Hinduisme berikutny. Shaivisme atau agama Shiva tampaknya mulai sekitar abad ke 6 SM, dengan menyembah dewa Rudra dalam kitab Weda. Namun segera dewa Rudra digantikan oleh Shiva yang merupakan dewa kaum non-Aryan.
Perkembangan agama pouler membentuk sebuah tantangan begi tradisi ritual Weda serta mistisisme metafisis awal. Untuk memenuhi tantangan ini, maka para ritualis dan metafisikawan mulai merumuskan fondasi rasional posisi mereka. Dari usaha untuk merasionalisasikan serta menyistematisasikan ini melahirkan berbagai system filsafat India. Ada enam system (Sad-darsana), yakni: Nyaya, Vaisheshika, Samkhya, Yoga, Purva-Mimamsa dan Vedanta.

Zaman Pertengahan (1000-1800 M)

Ciri utama masa ini menunjukkan fakta bahwa Islam memberikan sebuah konteks mendasar bagi perkembangan Hinduisme sebagai teks. Hinduisme berkembang denga baik, sampai kedatangan Islam, dalam menakomodasikan, jika bukan menyerap semua tantangan dalam bentuk agresi dari luar dan perpecahan dari dalam. Islam memberikan pengaruh ganda bagi Hinduisme. Di satu pihak, Oslam menganjurkan perpindahan agama: di pihak lain, islam mendorong kecendrungan yang lebih egaliter dan monoteistik bagi kaum Hindu. Kemudian muncu; tokoh-tokoh yang berusaha untuk menjembatani jurang pemisah antara keduanya. 

Memang ada interaksi antara Islam mistis dan Hinduisme, namun ajaran utama Hinduisme menarik diri ke dalam kerang pelindung; dan secara mendasar berada dalam cengkeraman keputusasaan politik, sehingga berbalik kea rah penghiburan spiritual pada Tuhan. Hal ini terlihat dengan berkembangnya gaya hidup sebagai pertapa atau pengunduran diri dari kehidupan duniawi. Kehidupan sannyasin menjadi semacam pelarian diri, seperti yang dilihat dengan jelas oleh guru Nanak. Pada sekitar abad ke 16, ke ekstriman Hinduisme terlihat jelas dalam karya-karya puisi devosional dengan kualitas sensasional, yang gerakannya diwakili oleh Surdas, Tulsidas, Mirabai, dan lain-lain.

Islam masuk ke wilayah India Selatan dengan disingkirkannya Deogiri oleh Malik Kafur pada 1307. Namun reaksi kaum Hindu di Selatan cukup menarik dan berbeda. Sejarah mencatat bahwa ketiga aliran utama Wedanda yang diwakili oleh Shankara (abad ke 9), Ramanuja (abad ke 12) dan Madhva (abad ke 13) muncul di Selatan. Walaupun pemikiran Ramanuja dan Madhva adalah lebih bersifat teistik, namun masih tetap mengikuti konsep filsafat Wedanta dan bukan hanya bersifat devosional saja. Wilayah Selatan menunjukkan kekuatan serta vitalitas lebih besar, bukan anya secara religious, namun juga secara politis

Ciri paling meninjol pada masa Muslim (1200-1757) ini adalah berkembangnya agama Wisnu. Dua nama besar dari Selatan adalah Vallabha (1479-1531) dari India Selatan dan Caitanya (1486-1533) dari wilayah Bengal. Keduanya mengajarkan jalan devosi yang berpusat pada Krishna dan Radha.

Pengaruh Islam dapat dilihat dari gerakan religious di India Utara dengan cirri monoteisme ketat, tanpa menghiraukan perbedaan kasta dan menolak pemujaan terhadap imaji (patung, gambar). Sebagai contoh adalah Kabir yang mengajarkan sebuah agama univetsal berdasarkan pada realisasi personal akan Tuhan yang tinggal di dalam hati manusia.


Zaman Modern (1800-1947)

Pengaruh kebudayaan Barat memberikan dampak menentukan bagi Hinduisme. Wakaupun Hinduisme popular dan tradisional tetap menguasaan masyarakat umum, nmaun orang-orang terpelajar sangat dipengaruhi ole hide-ide baru yang datang dari Barat. Rasionalisme dan Positivisme cukup memikat pikiran orang-orang yang tidak puas dengan Hinduisme tardisional. Berbagai gerakaan reformasi dimulai, dimana Brahma-Samaj, Arya-Samaj dan  Ramakrishna Mission merupakan gerakan yang paling penting. Secara umum dapat dikatakan bahwa hubungan dengan Barat telah membuat penganut Hinduisme lebih sadar akan keniscayaan untuk menyesuaikan diri dengan mentalitas modern.

Masuknya orang-orang Inggris sebagai penjajah membuat Hinduisme menghadapi situasi yang berbeda secara kualitatif. Masuknya penguasa Inggris mengurangi kekuataan Islam, namun Hinduisme harus menghadapi sebuah jejuasaan baru, yakni agama Kristen. Pada saan yang sama, Hinduisme dihadapkan dengan sebuah ancaman baru, yakni: sains, sekularisme dan humanism. Justru melalui inisiatifffff orang-orang Barat, pengetahuan tentang Hinduisme ditemukan kembali dan termasuk studi atas kitab Weda.Dampak bagi pengikut Hinduisme tampak dari pernyataan seorang tokoh nasionalis seperti Swami Vivekananda bahwa Max Muller yang mengedit Rig-Weda dimasa modern mungkin adalah reinkarnasi dari Sayana di masa kerajaan Vijayanagar.

Menjelang akhir abad ke 19 dan awal abad ke 20, perkembangan Hinduisme mengalami sebuah proses pembalikan. Pada perkembangan sebelumnya, tradisi Hinduisme memperkeras posisinya untuk mempertahankan otoritas Weda karena di bawah tekanan Bidhaisme, Jainisme dan Materialisme. Di masa modern, walaupun Hinduisme sekali lagi mendapat tekanan dari sumber Kristiani yang rasional, modernis dan reformis, Hinduisme tidak bereaksi dengan cara yang sama. Hinduisme sekarang meninggilan pengalaman religious diatas otoritas religious dan tidak lagi terikat pada otoritas Weda.

Hampir semua tokoh-tokoh religious dimasa Modern seperti B.G Tilak (1856-1920), R. Tagore (1861-1941), Sri Aurobindo (1872-1950), dan Mahatma Gandhi (1869-1948). Semuanya mengambil inspirasi mereka dari Weda, walaupun bukan dari otoritas Weda, dan bahkan Sri Ramana Maharshi mewajibkan pembacaan Weda secara teratur di Ashram Tiruvannaamalai.

Sumber: http://vhiaquary.blogspot.com/2012/11/sejarah-agama-hindu-zaman-peradaban.html
Read More